Sabtu, 05 September 2020

Rengekan di Pagi Hari

 



Bismillahirrahmanirrahim 


Masuk ke hari ketiga. Saya masih berusaha menata hati dan emosi agar bisa berkomunikasi dengan produktif bersama keluarga tercinta. Bayang-bayang menyakitkan tentang tidak dipahami, tidak dimengerti oleh orang lain menguatkan saya tuk berusaha berkomunikasi produktif, setidaknya dengan anak-anak dan suami. 


Temuan hari ini:

Teteh ila dan ibrahim bangun saat saya sedang mandi. Mereka mengikuti neneknya ke depan rumah. Saat saya ke dapur, kakak mendekat. Kami melakukan rutinitas pagi, membacakan doa bangun tidur sambil mengelus punggungnya. Kaka lalu meminta saya membuatkan susu untuknya. Karena rutinitas minum susu ini dilakukan juga oleh teteh. Jadi, saya berinisiatif membuatkan dua gelas susu. Satu untuk kaka, satu lagi untuk teteh. 


Ternyata, saat teteh melihat saya menyambutnya dengan segelas susu, dia langsung menangis keras. "Umi jangan disini. Susunya jangan".

Saya heran. Saya tanya, "Teteh ga mau susu?"

"Mau!" katanya masih sambil merengek.

"Yaudah sini duduk, minum susunya", kata saya berusaha tenang. Intonasi dan mimik muka dibuat seramah mungkin. Masih pagi, jangan sampai mood tenang rusak duluan. 


"Ga mau. Nanti aja. Jangan bikin dulu" katanya lagi. 

"Umi ga ngerti kalau teteh ngomong sambil merengek. Tenang dulu ya. "

Saat saya duduk menghampirinya yang sedang merengek di lantai. Saya malah disuruh ke dapur. Membuatkan lagi susu untuknya. 

"Susu ini untuk baim aja ya? "

"Ga!  Buat umi aja! " katanya. 

"Umi ga minum susu. Umi sudah minum madu"


Akhirnya, tangisan pun berlanjut. Masyaallah sekali pagi ini. 

Saya minum sedikit susunya dan memberikan pada adiknya. Tapi, ia malah menangis keras. Lalu, saat melihat ibrahim duduk di pangkuan saya, teteh ila meminta tidur di pangkuan saya sambil duduk di atas puzzle. Saya tanya, "Jadi teteh maunya apa dulu? Minum susu? Boboan? "

"Boboan di sana" katanya sambil menunjuk karpet puzzle. 

"Boleh. Tapi, tetehnya tenang dulu, ya", kata saya sambil berusaha tenang dengan intonasi dan mimik muka yang tenang. 

Teteh menggeleng, "Tenangnya disana! " katanya sambil menarik baju saya dan menendang lantai. 

"Tenangnya disini, baru kesana" kata saya. 

Setelah reda, dan tenang. Saya menghapus air matanya dan mengajaknya ke karpet puzzle. Menidurkannya di pangkuan saya sambil mengelus kepala dan punggungnya, juga beristighfar. Kemudian saya memberikan nasihat padanya untuk bicara baik-baik, agar saya mengerti. Saya bantu definisikan emosinya, kalau dia kesal karena saya tidak mengerti maunya. Jadi, lain kali bantu saya tuk mengerti perkataannya dengan bicara yang baik. 


Komunikasi produktif :

1. Saya menggunakan kalimat yang singkat dan jelas

2. Saya tetap tenang menggunakan intonasi dan mimik muka yang tenang dan ramah

3. Saya tegas memberikan pilihan

4. Saya menawarkan solusi atas masalahnya


Tantangan :

Pagi hari disuguhi rengekan itu sesuatu sekali. Saya harus lebih bersabar dan tetap tenang dalam segala kondisi. Apalagi ada kondisi lain yang membuat saya sempat oleng. Kesal pada orang lain yang ikut mengurusi permasalahan anak saya. 

Saya harus berusaha lebih peka, agar cepat mengerti kebutuhan anak. 


Rencana besok:

Kembali mempraktikkan poin komunikasi produktif yang sudah dilakukan. Mempraktikkan poin komunikasi produktif lainnya. 


Bintang hari ini:

⭐⭐⭐⭐

Saya merasa cukup baik dalam berkomunikasi produktif hari ini. Walau tentu masih banyak PR. 


Semoga hari esok lebih baik dari hari ini. 


#harike3

#tantangan15hari

#zona1komprod

#pantaibentangpetualang

#institutibuprofesional

#petualangbahagia







Tidak ada komentar:

Posting Komentar