Minggu, 13 September 2020

Aku Diam, Aku Tenang

 



Bismillahirrahmanirrahim 


Weekend itu seperti Puncak rollercoaster, kesibukan cenderung lebih banyak, kegiatan cenderung meningkat. Aktivitas anak-anak pun jadi lebih aktif. Dan buat saya, emosi saya saat weekend pun cenderung labil. Hiks. Padahal sekarang sudah masuk hari ke 11 tantangan komunikasi produktif. Tapi, saya masih on off dalam melaksanakannya. Astagfirullah. 


Kemarin saya berencana mempraktikkan poin komunikasi yang lebih banyak dari sebelumnya pada anak-anak. Tapi, saya memutuskan membahas temuan saya kala berkomunikasi produktif bersama suami. Kenapa? Saya malu, hari ini saya labil sekali. Sebentar ingat komunikasi produktif dengan anak-anak, sebentar lagi intonasi suara saya meninggi. Sebentar saya fokus pada apa yang saya ingin anak lakukan, sebentar kemudian saya malah membahas hal yang tidak saya ingin anak lakukan. Astagfirullah. 


Temuan saya:

Aktifitas yang aktif seharian tak membuat anak-anak saya tidur lebih cepat. Saya dan suami justru yang ingin segera beristirahat. Tapi, walau sudah nampak lelah di wajah anak-anak, mereka tetap aktif bergerak, termasuk si bungsu 1 tahun, Ibrahim. 


Karena jalannya sudah sempoyongan, saya gendong Baim dan mengASIhinya. Tapi, godaan suara kakak-kakak nya lebih kuat dari rasa lelah dan kantuknya. Akhirnya ia pun turun dari kasur dan kembali berjalan bulak-balik. Saat berkonflik dengan kakak-kakaknya, saya gendong Baim dan mencoba lagi mengASIhinya. Dengan harapan ia akan segera terlelap, dan saya pun bisa melakukan aktifitas lainnya. 


Sayangnya, ia kembali turun dari kasur. Bulak-balik kasur - lemari buku. Dan, "Gubrak". Ibrahim terjatuh, tangisnya pecah seperti yang kesakitan sekali. Suami pun segera menggendongnya dan memeriksanya. Alhamdulillah tidak ada luka terbuka, hanya sedikit memar di bagian dahi dan pipi. 

"Udah atuh mi, baim udah ngantuk. Boboin aja," kata suami.


Saya diam, dan tiba-tiba merasa kenapa saya yang disalahkan? Kesal, iya. Sedih, iya. Tapi, saya tetap diam. Mimik muka saya pun datar, tak menunjukkan amarah. 


Setelah mengoles minyak obat pada memarnya, saya gendong ibrahim dan mengajaknya tidur. Saya coba mengASIhinya kembali. Tapi, dia kembali turun kasur dan bolak-balik. Agar tak terlalu malam saat makan, saya pun ikut turun dari kasur dan keluar kamar. Sebelum keluar kamar, "Gubrak". Ibrahim jatuh lagi. 


"Udah atuh, mi. Baimnya gendong aja, " kata suami. Jujur, saya sedih, merasa disalahkan terus tapi sepertinya saat itu bukan waktu yang tepat tuk menunjukkan emosi saya di hadapan suami. Karena anak-anak masih bangun dan bermain di kamar. Saya hampiri ibrahim, saya periksa tubuhnya. Saya tanya, "Mana yang sakit, dek? "


Saya peluk tubuh mungilnya, dan saya gendong keluar. Tak lupa saya bilang pada suami, "Umi lapar, " dengan nada datar dan mimik muka biasa. Saya berusaha tetap cool dan calm. Akhirnya saya makan ditemani ila dan baim. Baim hanya makan sesuap, setelahnya ia kembali bolak balik berjalan keliling rumah. Saya diamkan saja sambil diperhatikan keamanannya. 


Setelah selesai makan, saya siapkan susu untuk ila. Tapi, mungkin karena baru selesai makan, ia kekenyangan dan tak kuat menghabiskan susunya. "Umi, susunya ga habis, " lapor ila. 

"Tolong taro di kulkas ya teh, " pinta saya. 

Dan tak lama, PRANG! Bunyi sedotan alumunium jatuh. 

"Umi, susunya tumpah, " teriak ila. 

Saya memandang suami. 

"Abi, boleh tolong jagain Baim, biar Umi sama ila beresin susunya. Atau abi mau beresin susunya sama ila, biar umi sama baim, " saya memberikan pilihan. 

"Boleh, " jawabnya. 

"Teh, mau sama abi beresinnya? " tanya suami. 

"Ga mau"

"Ok, sama umi aja. Bertanggungjawab ya teh, lap-in susunya yang tumpah. "

Akhirnya kami pun membereskan tumpahan susu di kulkas bersama. 


Poin komunikasi produktif :

1. Saya menggunakan intonasi suara dan gerak tubuh biasa, tidak marah-marah pada suami. 

2. Saya memberikan pilihan pada suami, bukan perintah. 


Tantangan:

1. Memilih waktu yang tepat tuk menyampaikan perasaan. 

2. Tetap tenang walau sedih, marah, kecewa. 

3. Memberikan pilihan yang dinilai sepadan. 


Rencana besok:

Karena besok suami kerja di kantor. Sepertinya besok saya ingin kembali mempraktikkan komunikasi produktif pada anak-anak sendiri, anak adik juga adik saya. 


Bintang saya hari ini:

⭐⭐⭐

Saya merasa cukup dalam berkomunikasi produktif hari ini. 


#harike11

#tantangan15hari

#zona1komprod

#pantaibentangpetualang

#institutibuprofesional

#petualangbahagia


Tidak ada komentar:

Posting Komentar