Minggu, 17 Mei 2020

Review Film Korea EXIT (2019)




(Sumber gambar: kumparan.com)


"Bisa jadi, suatu hari nanti hobimu bisa menyelamatkan dirimu dan orang lain."

Itu kesan saya setelah melihat film EXIT. Film yang sukses mendapatkan beberapa penghargaan, diantaranya Blue Dragon Film Award for Best Director dan Blue Dragon Film Award Technical Award. Yang terbaru, film ini masuk ke dalam nominasi best film Baeksang Arts Awards ke 56. Jo Jung Suk sebagai pemeran utama pria dalam film EXIT pun ikut masuk dalam daftar nominasi sebagai best actor. 

Film EXIT ini bergenre laga komedi atau lebih tepatnya bencana yang dibalut komedi, menjadi film yang seru ditonton bersama keluarga. Film berdurasi 103 menit yang dibumbui romance ini bisa jadi salah satu alternatif film yang ditonton bersama anak, karena tak ada adegan kekerasan, juga adegan dewasa yang mengarah pada adegan tak pantas. Justru film ini mengandung value keluarga. 

Film ini menceritakan tentang Yong-Nam (Jo Jung Suk) yang seorang pemanjat dinding terbaik di kampusnya. Sayangnya, setelah lulus kuliah ia menjadi seorang pengangguran bertahun-tahun. Ia masih menumpang hidup pada orangtuanya, ini yang membuat saudara-saudaranya gemas adanya sementara ia anak laki-laki satu-satunya di keluarga.

Saat ulang tahun ibunya yang ke 70, Yong Nam bersikeras merayakannya di Hotel Dream Garden yang jauh dari rumahnya. Ternyata itu karena , Eui Ju (Lim Yoona), gebetannya saat kuliah, bekerja di hotel tersebut. Eui Ju dan Yong Nam pernah aktif bareng dalam klub panjat dinding. Yong Nam pun pernah menyatakan perasaannya pada Eui Ju, yang berakhir dengan tangisan histeris di halte bus karena ia ditolak. 

(Sumber gambar: Koogle TV)

Di hari yang berbahagia untuk keluarga Yong Nam, bencana terjadi. Asap misterius yang berbahaya menyelimuti kota. Yong Nam dan keluarganya juga Eui Ju bertahan di hotel. Namun, tak bisa lama-lama, karena asap semakin naik. Mereka harus segera ke atap! Malangnya, pintu atap terkunci, didobrak pun pintu tak bergeming. Yong Nam akhirnya menggunakan kemampuan panjat dindingnya untuk menyelamatkan dirinya, keluarganya, juga gebetannya. Panik! Apalagi salah satu kakaknya dalam keadaan tak sadarkan diri karena terjatuh dan menghirup sedikit gas beracunnya. Ini hanya satu krisis diantara banyak krisis di film ini. 

Masih ada krisis saat tim penolong tak bisa mengangkut mereka semua, sehingga Yong Nam dan Eui Ju harus berusaha sekuat tenaga pindah ke tempat yang lebih tinggi untuk mendapatkan pertolongan. Dan krisis lainnya yang sukses membuat saya ikut deg degan. Yakin sih, para pemeran utama akan selamat. Tapi, gemes melihat proses bagaimana akhirnya mereka bisa selamat. 


(Sumber gambar: asianwiki.com) 

Menonton Yong Nam dan Eui Ju yang banyak berlari, memanjat bahkan beberapa kali hampir terjatuh untuk menghindari asap sungguh menambah tegang suasana. Stamina mereka sungguh diuji dalam film ini. 

Tak cuma deg degan, film ini diselingi tingkah kocak para pemainnya. Dua adegan yang berkesan tuk saya, adalah saat Yong Nam yang sedang merapikan rambutnya tiba-tiba ibunya datang dan mengacak-acak rambutnya. Tak berhenti disitu,sang ibu pun mengambil foto Yong Nam yang tengah kesal karena rambutnya berantakan dan berkata, "Sudah. Gaya seperti ini yang paling cocok untukmu." Hehe

(Sumber gambar: kpopchart) 

Tingkah ayahnya Yong Nam pun tak kalah kocak. Ayah Yong Nam dan para ayah sepuh lainnya yang bertemu di RS, nekat mendekat ke daerah berasap naik taxi. Mereka bertemu reporter yang memakai drone untuk memantau kondisi. Sang ayah yang sudah sepuh ini menyogok reporter agar bisa ikut melihat kondisi Yong Nam. 

Adegan keluarga ini membuktikan, sudah jadi sebesar apapun kita, orangtua masih khawatir akan kita. Tanda Cinta mereka yang tak bisa kita balas dengan cara apapun. 

Selain itu, film ini menggambarkan kecanggihan teknologi di negeri ginseng sana. Penggunaan drone yang membantu pengusiran asap, penunjuk jalan, sampai live streaming ke kantor berita, diceritakan sangat lancar. Padahal, keadaan tengah dalam bencana. Seperti pandemi corona yang terjadi saat ini,  betapa pemerintah Korea Selatan terlihat sangat sigap dibanding negeri ini. Kalau dibandingkan saat bencana pun, sinyal komunikasi Indonesia akan segera hilang, terputus. 

Film ini ditutup dengan ending yang mudah ditebak, semua selamat. Hanya saja, saya merasa film ini terlalu diburu-buru. Krisisnya terlalu cepat selesai. Tapi, secara keseluruhan film ini cukup mengasyikkan untuk ditonton bersama keluarga. 


Baca juga review film ini dari teman-teman saya.

Litha

Imawati

Lendyagasshi

Gita

Risna

Alienda

Dwi Tobing

6 komentar:

  1. Aku paling ngakak adegan kosel-koselnya Jo Jung-seok waktu di acak-acak rambutnya sama Ibunya.
    Ini anaknya uda dewasa loo...masiih begitu di rumah.
    Bhahaha~

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyaaa, sama. Mana belum pake celana panjang lagi.. 😅

      Hapus
  2. seru yaa emang, kata siapa hobi panjat tebing tidak berguna. kalau dia tidak bisa panjat tebing pasti tidak kepikiran pergi ke rooftop dari luar untuk buka pintunya supaya semua bisa selamat. Emang kalau film ga bisa dilama-lamain mbak, waktunya terbatas jadi harus selesai dalam tempo singkat hehee, tapi lumayan lah jadinya ga kudu begadang nontonnya, hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul betul.. Biasa nonton drama pas nonton film jadi ngerasa cepet banget selesainya

      Hapus
  3. keceee Mbaa Reviewnyaaa...aku suka banget bagian mereka buat sinyal SOS bareng ..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyaaa... Dinyanyiin sinyalnya. Kepikiran gtu ya

      Hapus