Kamis, 21 Mei 2020

My ID is Muslimah

“Kamu jelek!”
“Kamu gendut!”
(My ID is Gangnam Beauty, Episode 1)

Perlakuan tidak menyenangkan dialami oleh Kang Mirae. Mulai dari ia sekolah dasar hingga sekolah menengah. Bukan karena perilakunya ia di bully, tapi karena penampilannya yang dianggap tidak menarik. Hingga akhirnya, ia bertekad untuk melakukan operasi plastik. Tampil lebih cantik. Agar bisa hidup dengan normal seperti yang lainnya. Tidak dibully. Weebtoon populer di tahun 2018 ini akhirnya diangkat ke layar kaca.

Cerita ini bukan kisah nyata. Tapi terinspirasi oleh berbagai kisah nyata di Korea sana. Negeri ginseng yang kini terkenal juga dengan negeri oplas terbaik di dunia. Bahkan, artis transgender asal Indonesia pun oplas di sana. Sampai ramai netizen bilang “mirip Barbie”.

Cantik itu..

Semua perempuan ingin tampil cantik. Dari ujung rambut sampai ujung kaki. Cantik dalam kacamata fisik, ragawi semata. Keinginan ini dieksploitasi. Oleh para pengusaha. Coba perhatikan, semua produk perawatan kecantikan. Komplit dari ujung rambut sampai ujung kaki hadir disekitar kita. Pengusaha yang berkecimpung di bidang kecantikan pun berlomba-lomba. Membangun brand image ‘cantik’ menurut mereka. Tentu yang mendukung dengan produk mereka. 

Pengusaha shampoo bilang cantik itu rambut hitam berkilau. Pengusaha lotion bilang cantik itu kulit kenyal, tak lengket, juga putih berseri. Pengusaha deodorant bilang cantik itu bebas basket dan burket. Jadi, kesimpulannya, definisi cantik itu tergantung dari kacamata pengusaha. Tergantung mereka jualan apa. Termasuk oplas. Mereka yang dapat keuntungan dari oplasnya kaum hawa akan getol mengkampanyekan oplas. Bisa via gambar, tulisan, komik, hingga drama layar kaca. 

Itu kalau cantik dilihat dari kacamata fisik. Tak akan ditemukan kebahagiaan hakiki di sana. Karena penghargaan yang rendah disematkan dalam dirinya. Ia berharga hanya karena parasnya, tubuhnya. Bukan karena apa yang ada pada dirinya, skill, karakter, ilmu, dan lainnya. Walau mengaku bahagia, tapi tak akan bertahan lama. Meski bangga pernah hinggap karena status ‘cantik’ secara fisik, ia pun akan luntur bersamaan dengan bergulirnya waktu. 

Cantik itu bukan prestasi yang harus dibanggakan. Ia anugerah yang diberikan Tuhan. Maka wajib disyukuri. Disyukuri dengan menggunakannya sesuai dengan apa yang Allah sukai. Menjaganya agar tetap dalam koridor syaria’t ilahi. Tak diumbar. Tidak juga diubah sesuai definisi cantik manusia. Rasulullah saw bersabda, "Allah melaknat wanita-wanita yang mentato dan yang meminta untuk ditatokan, yang mencukur (menipiskan) alis dan yang meminta dicukur, yang mengikir gigi supaya kelihatan cantik dan merubah ciptaan Allah." (H.R Muslim)

Muslimah Mulia dari Ujung Rambut sampai Ujung Kaki dalam Islam

Allah yang memberikan paras cantikmu. Allah juga yang menganugerahkan tubuh semampaimu. Allah akan meminta pertanggungjawaban atas tubuh itu. Digunakan untuk apa saja? Allah tak akan mempertanyakan warna kulit, hidung mancung atau tidak, ukuran tubuh dan yang sejenisnya. Karena ia ketetapan dari Allah. Kewajiban kita bersyukur dan ridho terhadap ketetapan ini. 

Allah muliakan kita, kaum hawa dari ujung rambut sampai ujung kaki. Bukan dilihat dari fisik. Jika ada yang mempunyai anak perempuan, Allah janjikan kebaikan di akhirat. Dari ‘Uqbah bin ‘Amir, dia berkata, “Aku pernah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barang siapa memiliki tiga orang anak perempuan, lalu dia bersabar dalam menghadapinya, serta memberikan pakaian kepadanya dari hasil usahanya, maka anak-anak itu akan menjadi dinding pemisah baginya dari siksa Neraka.” [HR. Al-Bukhari dalam kitab al-Adaabul Mufrad dan hadits ini shahih]

Setelah menikah, ia menjadi pelengkap setengah agama suaminya. Allah dan Rasul memerintahkan para suami untuk berlaku baik pada istrinya. “Orang beriman yang paling mulia keimanannya adalah orang yang paling baik akhlaknya. Dan orang yang paling baik di antara kalian adalah yang paling baik sikapnya pada istrinya.” (HR. At-Turmudzi)

Saat menjadi ibu, Islam muliakan ibu tiga kali lebih dulu dibandingkan ayah. Seorang sahabat bertanya tentang orang yang paling berhak untuk mendapatkan perlakuan baik, “Wahai Rasulullah, siapakah di antara manusia yang paling berhak untuk aku berbuat baik kepadanya? Rasulullah menjawab ; ‘Ibumu’, kemudian siapa? ‘Ibumu’, jawab beliau. Kembali orang itu bertanya, kemudian siapa? ‘Ibumu’, kemudian siapa, tanya orang itu lagi, ‘kemudian ayahmu’, jawab beliau.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Sejarah mencatat betapa mulianya muslimah dalam naungan Islam, tanpa melihat fisik. Ummul Mukminin Aisyah ra menjadi pelajar dan pengajar yang hebat di masanya. Universitas Al-Qarawiyyin di Morroco yang terkenal sebagai Universitas pertama di dunia, didirikan tahun 859 M oleh seorang Muslimah bernama Fathimah Al-Fihri. Bahkan di akhir masa kekhilafahan Islam, pada masa kekhilafahan Utsmaniyyah, saat melakukan penelitian untuk pasukan penerbang negara, muncul nama penerbang perempuan pertama dalam Islam, Belkis Sevket Hanım (1913).

Get Your ID

Sadari identitas kita sebagai makhluk Allah. Sebagai muslimah. Yang mulia dalam Islam tanpa kacamata materi. Jangan sampai latah pada budaya dan pemikiran yang bukan bersumber dari Allah dan Rasul. Sudah saatnya kembali pada identitas kita sebenarnya. Mulia dengan identitas ini. Muslimah sejati. Hamba Ilahi Rabbi.
Wallahua’lam bish shawab 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar