Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu'alaikum semuanya. Alhamdulillah akhirnya memantapkan hati tuk ikut program Bunda Sayang selama satu tahun lebih ke depan. Masyaallah. Semoga diistiqomahkan menyimak, membersamai dan mempraktikkan ilmu yang sudah di dapat.
Kali ini saya masuk zona 1, komunikasi produktif. Materi yang luar biasa buat saya, walau bukan suatu materi baru, tapi tentu ilmu pun butuh di muroja'ah, diingatkan kembali. Apalagi kali ini saya diminta konsisten menjalani tantangan komunikasi produktif selama 15 hari.
Saya sadari, sumbu emosi saya masih labil. Kadang panjang, sering juga pendek. Apalagi jika itu berkaitan dengan anak-anak. Buat saya sendiri, tak masalah anak-anak mau berantakan seperti apa atau mau loncat kesana kemari. Tapi, sumbu saya akan mudak meledak kalau anak-anak saling ganggu, saling goda, atau saat mereka merengek.
Objek komunikasi produktif saya selama 15 hari ke depan adalah anak-anak, khususnya anak kedua saya yang berumur 3 tahun 3 bulan. Kenapa dirinya? Karena saya ingin belajar bersama dengannya tuk berkomunikasi produktif. Setelah saya perhatikan, dirinyalah yang lebih sering merengek atau menangis kala bermasalah dengan kakak atau adiknya.
Temuan saya:
Kakak dan teteh rebutan hp saat video call dengan sepupunya. Teteh menangis meraung-raung ingin telpon sepupunya, tapi tak mau berbagi dengan kakak dan adiknya. Akhirnya, video call dimatikan dan hp diamankan.
Komunikasi produktif:
Saya biarkan ia menangis sambil ditemani dengan tenang. Beristighfar dalam hati, minta dikuatkan semoga tidak emosi kala membersamai.
"Teteh mau apa? "
Dia masih menjawab sambil menangis.
"Coba teteh tenang dulu. Umi tidak mengerti kalau teteh bicara sambil menangis", kata saya memandangnya sambil tetap tenang, dengan intonasi suara datar.
Teteh berhenti menangis tapi kakinya menendang nendang, tangannya menarik-narik baju saya, lalu memukul saya beberapa kali.
Saya coba tuk tetap tenang, "Teteh marah? Teteh boleh marah. Tapi, tak boleh menyakiti orang atau diri sendiri".
Masih dalam nada merengek dia meminta hp pada saya.
"Teteh mau telp Albi? Boleh. Setelah teteh tenang ya. Lalu, telponnya gantian dengan kakak dan baim, ya. "
Dia menolak, tangisnya pecah kembali.
Saya biarkan dia menangis. Ketika mulai menarik baju saya lagi. Saya bilang, "Kalau teteh marah, teteh boleh loncat-loncat, dari pada menyakiti orang atau diri sendiri". Tapi, tangisnya malah tambah parah.
Saya tutup mata, beristighfar, saya coba elus punggungnya, ia menolak. Saya temani dalam diam.
Beberapa menit kemudian dia tenang, benar-benar tenang. Lalu saya peluk, saya elus. Saya tanya, "Teteh mau apa? "
"Mau telpon Albi", katanya.
"Boleh. Tetehnya tenang dulu ya. Telponnya gantian sama kakak dan baim ya", kata saya.
Matanya kembali berkaca-kaca.
"Ga mau. Mau sendiri aja, kaya semalem".
Saya diam. Mencoba mencari solusi.
"Teteh boleh telpon Albi sendiri. Tapi, kaka juga telpon Albi sendiri nanti, ya"
Percakapan kami terhenti karena saya harus mematikan kompor, dan memandikan Ibrahim. Teteh pun ikut masuk kamar mandi dan akhirnya mandi bersama adiknya sudah dalam kondisi tenang.
Setelah mandi, ia minta untuk telpon sepupunya. Tapi, tak jua diangkat. Walau begitu, teteh tidak sedih atau merengek.
Tantangan:
Saya harus tetap tenang, berpikiran jernih di tengah rengekan, tangisan, juga aksi fisik marah teteh.
Saya harus memikirkan solusi terbaik untuk keinginan anak-anak.
Poin Komunikasi Produktif:
1. Keep information short and simple
Saya menggunakan bahasa yang sederhana. Kalimat yang pendek dan jelas.
2. Kendalikan intonasi suara dan gunakan suara ramah
Saya berusaha tetap tenang dan menggunakan suara ramah. Walau sempat meninggi sebentar. Astagfirullah.
3. Fokus pada solusi
Saya berusaha memberikan solusi yang saya anggap adil untuk kakak dan adik juga. Tapi, solusi itu belum bisa teteh terima.
Rencana besok:
Mencoba mempraktikkan poin komunikasi produktif lainnya pada anak-anak.
Bintangku hari ini:
⭐⭐⭐
Saya merasa cukup dengan komunikasi produktif hari ini.
#harike1
#tantangan15hari
#zona1komprod
#pantaibentangpetualang
#institutibuprofesional
#petualangbahagia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar