"Kita menikah karena mencintai pasangan. Tapi, pasangan bisa menjadi musuh yang menyebalkan. Kita bertemu banyak musuh dalam hidup kita. Tapi, yang terkuat dan paling mengerikan adalah..istri ” (Cha Joo-Hyuk, Familiar Wife, episode 1)
Drama korea tentang kehidupan suami istri ini menarik untuk dibahas. Drama Familiar Wife ini mengisahkan pasangan yang sudah lumayan lama menikah, dikaruniai dua balita, tengah terhimpit masalah finansial. Sehingga istri pun ikut membanting tulang. Istri yang merasa lelah harus mengurus dua balita juga bekerja, terganggu emosinya. Gangguan eksplosif intermiten. Marah di mana pun, kapan pun. Bahkan bisa sampai melukai orang. Hingga akhirnya, keajaiban terjadi. Time wrap. Sang suami kembali ke masa lalu dan mengambil pilihan yang berbeda. Salah satu perubahan dalam pilihannya, istrinya. Ia tidak menikah dengan istrinya, tapi cinta pertamanya. Mereka pun mulai menjalani hidup yang berbeda. Tapi, benarkah sang suami bahagia dengan pilihannya sekarang?
Dia Berubah
Banyak pasangan suami istri yang merasakan suasana berbeda dengan awal pernikahan. Syukur-syukur kalau perbedaan itu masih dalam ranah kebaikan. Tapi, lain cerita kalau seperti penggalan dialog drama di atas. Dalam kacamata suami, istri berubah menjadi monster. Tak lagi manis seperti awal pernikahan.
Mengutip penyampaian Ummu Balqis, penulis, pengusaha, yang juga influencer masa kini. Coba beli tanaman Monstera yang paling cantik di bakul tanaman paling terkenal se-Indonesia. Bawa ke rumah, wah, cantik, hijau mempesona. Tapi, setelah itu, diamkan. Abaikan. Jangan dicabuti rumput liarnya. Jangan diberi pupuk. Jangan dipindahkan ke tempat cahaya yang cukup. Kunci saja dalam rumah. Walau setiap hari disiram air, tetap lambat laun akan menguning. Hilang pesonanya, lalu mati. Hal yang sama berlaku dengan istri.
Tanaman saja butuh perhatian dan treatment yang tepat agar tetap sehat, cantik dan mempesona. Apalagi manusia. Walau tiap hari dikasih makan, tapi berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun tak diperhatikan, tak disayang-sayang, tak didengar pendapatnya, tidak diajak ngobrol. Lama-lama jadi stress dan hilang pesonanya. Apalagi kalau tiba-tiba suami bilang, “Kok istriku jadi jelek? Kusut? Tak menarik?”
Andilmu dalam Perubahannya
(Sumber gambar: hancinema)
“Karena aku, dia jadi tidak bahagia. Dan kukira akulah yang berusaha lebih keras. Aku mengabaikan kebutuhannya dan menyuruh dia mengurusnya sendiri karena aku sibuk bekerja. Aku yakin dia menunjukkan tanda-tanda penderitaan. Seluruh tubuhnya pasti terasa sakit. Dulu, aku bertingkah seakan-akan bisa mencintainya selamanya. Dan sangat mencintainya hingga mau merelakan perasaanku. Kenapa aku bisa lupa?” (Cha Joo-Hyuk, episode 8)
Wahai para suami, berubahnya sikap istri pasti ada andil suami. Begitu juga sebaliknya. Setiap diri kita mendapat kewajiban dari Tuhan Semesta Alam. Salah satunya kewajiban tentang bersikap kepada pasangan. Istri, ialah tulang rusuk suami. Yang harus dibina dan diberi nutrisi ilmu dan iman, agar tak ‘bengkok’ berkepanjangan. Dirawat dengan penuh kelembutan dan kasih sayang. Agar tak patah ianya.
Meneladani Rasul dalam Berumah Tangga
Contohlah sosok Rasulullah dalam memuliakan istri-istrinya. Beliau sang kekasih Allah, tak malu memberikan panggilan sayang kepada Aisyah. Humaira. Istri mana yang tak senang dapat panggilan sayang. Asal bukan panggilan yang merendahkan atau menghina. Si pendek, atau si gendut, misalnya.
Rasulullah saw, tak enggan berbagi makanan dan minuman dengan istrinya. Hingga dikabarkan “Rasulullah pernah minum di gelas yang digunakan Aisyah. Beliau pernah makan daging yang sudah digigit Aisyah” (HR Muslim).
Rasulullah pun, tak segan mengajak salah seorang istrinya jika melakukan perjalanan. Tidak seperti fenomena para suami masa kini yang lebih nyaman keluar rumah bersama teman, meninggalkan istri dan anaknya di rumah.
Kala dilanda konflik pun, tak hilang romantis dari diri Rasulullah saw. Ketika sedang marah kepada Aisyah, beliau berkata, “Tutuplah matamu!” Kemudian Aisyah menutup matanya dengan perasaan cemas, khawatir dimarahi Rasulullah. Nabi berkata, “Mendekatlah!” Tatkala Aisyah mendekat, Rasulullah kemudian memeluk Aisyah sambil berkata, “Humairahku, telah pergi marahku setelah memelukmu.”
Selalu ingatlah sabda nabi saw, “Orang yang imannya paling sempurna diantara kaum mukminin adalah orang yang paling bagus akhlaknya di antara mereka, dan sebaik-baik kalian adalah yang terbaik akhlaknya terhadap istri-istrinya” (HR. At Thirmidzi, Ibnu Majah)
Menyesal
“Aku menyesal karena tidak berlaku lebih baik. Tidak menyadari betapa berharganya ia. Aku menyesal, merasa bersalah, dan merindukannya. Maafkan aku” (Cha Joo-Hyuk, episode 8)
Jangan sampai menyesal kemudian atas laku yang kita lakukan. Ingat selalu Allah memberikan kita pasangan yang sesuai dengan kebutuhan kita. Ia pasti yang terbaik dari Allah untuk kita. Syukuri keberadaan pasangan kita, dengan meneladani Rasul. Menjaganya dan diri agar tetap berada dalam ridho Allah. Membinanya, memupuk iman dan taqwanya, menasehatinya dengan lemah lembut.
Semoga Allah menjadikan kita pasangan yang menjadi penyejuk hati bagi pasangan kita. Semoga Allah himpunkan kita kembali di surga-Nya nan abadi nanti.
Wallahua’lam bish shawab.
Tulisan yang bikin suami mendelik-delik waktu baca 2 paragraf awal. Tenang, pak. Bukan ngomongin bapak kok. 😉
Tidak ada komentar:
Posting Komentar